Sabtu, Februari 09, 2008
Deviasi Seksual
Deviasi seksual adalah istilah dalam gangguan perkembangan psikoseksual.
Deviasi seksual dapat dibagi atas dua kelompok:
Kelompok yang pertama adalah deviasi seksual yang pada dasarnya memiliki pola biologis yang normal, namun dalam kondisi antisosial antara lain seperti freesex, sadisme, atau pemerkosaan.
Kelompok yang kedua adalah deviasi seksual yang pola seksualnya ditandai oleh kondisi yang abnormal dalam pilihan objek seksualnya seperti homoseksual atau bestialitas.
Secara keseluruhan, yang termasuk deviasi seksual antara lain pemerkosaan, incest, homoseksualitas dan transvestitism; pedophilia; bestialitas; exhibitionism; voyeurism; fetishism; nekrofilia; sadisme dan machochism.
Pemerkosaan
Pada dasarnya, pemerkosaan merupakan perilaku seksual yang memiliki objek seksual yang normal, artinya lawan jenis dan sebaya. Namun relasi seksual yang terjalin dalam pemerkosaan berada dalam lingkup kondisi antisosial karena relasi seksual terjadi atas dasar paksaan yang mengandung unsur agresivitas dari orang yang memiliki kepribadian diliputi dengan kebencian.
Penyebab dari perilaku pemerkosaan adalah kegagalan dalam perkembangan nilai-nilai moral yang adekuat dan rendahnya kontrol dalam dorongan seksual dan dorongan kebencian. Kasus pemerkosaan bisa saja dilakukan oleh penderita schizophrenics atau penderita psikopati.
Incest
Incest adalah relasi seksual yang terjalin dilakukan oleh pasangan yang memiliki ikatan keluarga yang kuat, seperti misalnya ayah dengan anak perempuannya, ibu dengan anak laki-lakinya, atau antarsesama saudara kandung.
Penyebabnya antara lain ruangan dalam rumah yang tidak memungkinkan orang tua, anak, dan antarsaudara pisah kamar. Sedangkan hubungan incest antara ayah dengan anak perempuan dapat terjadi sehubungan dengan keberadaan penyakit mental yang sangat serius pada pihak ayah.
Homoseksualitas dan Transvestitism
Homoseksualitas adalah suatu kondisi ketika penderita memiliki ketertarikan erotik seksual terhadap jenis kelamin yang sama, demikian pula pada penderita transvestitism. Perbedaannya, pada penderita homoseksual tidak memiliki keinginan untuk menggunakan pakaian wanita dan menampilkan diri sebagai wanita, sedangkan penderita transvestitism selain ketertarikan seksual erotik tertuju pada jenis kelamin yang sama, ia pun menikmati penampilan sosial dengan menggunakan atribut kewanitaan.
Penyebab dari kedua penyimpangan ini antara lain:
a. Pengalaman homoseksual ketika penderita pernah dijadikan objek seksual oleh orang dewasa sesama jenis;
b. Pola asuh keluarga yang sangat menginginkan anak perempuan sehingga mendadani anak laki-lakinya seperti mendadani anak perempuan;
c. Identifikasi yang dekat dengan orang tua jenis kelamin yang berbeda, anak laki-laki terhadap ibunya.
Pedophilia
Objek seksual pada penderita pedophilia adalah anak-anak di bawah umur. Kasus pedophilia terdiri dari dua jenis, yaitu: a) Pedophilia homoseksual, yaitu objek seksualnya adalah anak laki-laki di bawah umur;) Pedophilia heteroseksual, yaitu objek seksualnya adalah anak perempuan di bawah umur.
Penyebab pedophilia antara lain sebagai berikut:
a. Hambatan dalam perkembangan psikologis yang menyebabkan ketidakmampuan penderita menjalin relasi heterososial dan homososial yang wajar;
b. Kecenderungan kepribadian antisosial yang ditandai dengan hambatan perkembangan pola seksual yang matang disertai oleh hambatan perkembangan moral;
c. Terdapat kombinasi regresi, ketakutan impoten, serta rendahnya tatanan etika dan moral.
Bestialitas
Deviasi seksual yang menjadikan binatang sebagai objek pemuasan dorongan seksualnya dinamakan bestialitas. Banyak orang yang terangsang secara seksual bila melihat binatang berhubungan seksual, sehingga kemungkinan sementara remaja laki-laki yang membayangkan dirinya berperan sebagai binatang jantannya dan terobsesi oleh imajinasi tersebut, membuka peluang bagi perkembangan ke arah bestialitas.
Jadi, kondisi tersebut bisa disebabkan antara lain oleh:
a. Penderita didominasi oleh pikiran pola relasi seksual pada binatang;
b. Refleksi ketakutan dan ketidakadekuatan dalam melakukan pendekatan terhadap jenis kelamin lain.
c. Hambatan dalam kemampuan bergaul dengan lingkungan sosial pada umumnya dan jenis kelamin lain pada khususnya.
Exhibitionism
Deviasi seksual ini ditandai oleh pencapaian kenikmatan seksual dengan cara mempertontonkan alat genital diantara sekelompok orang atau pada kelompok orang yang lebih besar. Secara mayoritas terdiri dan orang-orang yang berlawanan jenis. Kadang-kadang demonstrasi alat kelamin tersebut disertai oleh aktivitas masturbasi.
Penyebab deviasi seksual ini antara lain:
a. Kecenderungan penderita yang kuat terhadap keyakinan bahwa masturbasi itu berdosa sehingga dengan menjadikan masturbasi sebagai bagian dari eksibisi genital, maka masturbasi bukan menjadi aktivitas tunggal;
b. Orang eksibisionis biasanya mengalami perasaan rendah diri, tidak aman, inadekuat dalam relasi sosial, serta memperoleh ibu yang dominan dan sangat protektif;
c. Pada umumnya, eksitasi dari khalayak tempat penderita memamerkan alat kelaminnya justru menjadi faktor penguat bagi berulangnya perilaku eksibisi tersebut.
Voyeurism
Voyeurism adalah perilaku mengintip sebagai cara untuk memperoleh kepuasan seksual. Objek perilaku mengintip tersebut adalah tubuh wanita telanjang yang sedang berada di kamar mandi, atau justru mengintip pasangan yang sedang melakukan hubungan seksual.
Penyebab voyeurism antara lain sebagai berikut:
a. Ketidak-adekuatan relasi dengan lawan jenis dan rasa ingin tahu yang sangat mendominasi dirinya tentang aktivitas seksual.
b. Pernah mengalami trauma psikologis dari perlakuan jenis kelamin lain yang menambah kadar rasa kurang percaya diri.
Fetishism
Penderita ini memiliki minat seksual yang terkait dengan bagian tubuh yang hidup seperti rambut perempuan, atau obyek-obyek mati seperti pakaian dalam perempuan. Rentang objek fetishistik terdiri dari buah dada, rambut, kuping, tangan, pakaian dalam, sepatu, sapu tangan, mnyak wangi, atau stoking yang terkait dengan jenis kelamin lain.
Yang patut digarisbawahi, eksitasi dan kepuasan seksual berkisar pada mencium, memainkan, atau mengecap benda-benda tersebut. Biasanya, dilakukan dengan perilaku masturbasi. Selain itu, biasanya benda-benda tersebut diperoleh dengan cara mencuri.
Penyebab fetishism adalah:
a. Kekurangmampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan pergaulan luas;
b. Kecenderungan individu untuk tertarik hanya pada bagian tubuh tertentu, seperti pada rambut yang hitam atau kuku yang panjang sehingga apabila penderita bertemu dengan lawan jenis yang memiliki karakter bagian tubuh yang menarik dirinya, maka akan membuat dirinya terangsang secara seksual.
Namun, hambatan dalam penyesuaian diri mengandung unsur ketidakmampuan menjalin relasi sosial yang adekuat dengan lawan jenis yang memiliki bagian tubuh yang ia sukai.
Nekrofilia
Nekrofilia adalah suatu keadaan penderita yang mendapatkan dirinya dapat memperoleh eksitasi dan kepuasan seksual melalui relasi seksual dengan mayat perempuan. Penderita ini biasanya memiliki dasar psikopatologi yang ekstrem, sehingga dapat dikatakan bahwa nekrofilia merupakan kasus yang jarang ditemui. Beberapa kasus nekrofilia diikuti oleh kecenderungan sadisme yang ekstrem yang mendorong penderita untuk melakukan pembunuhan terhadap perempuan korban untuk selanjutnya diikuti oleh pelampiasan dorongan seksual terhadap korban pembunuhan tersebut.
Sadisme dan Machochism
Seorang sadisme akan memperoleh kepuasan seksual melalui jeritan dan teriakan pasangannya yang menderita karena siksaan fisik yang dilakukannya selama berhubungan seksual. Pada umumnya, penderita sadisme adalah taki-laki, sedangkan efek perilaku sadisme secara perlahan akan berpengaruh terhadap kondisi psikologis pasangan perempuannya.
Dalam kondisi kesakitan oleh pukulan pasangan laki-laki, sekaligus pasangan perempuan memperoleh kesempatan untuk mengalami kepuasan atau kenikmatan seksual. Pengulangan pengalaman tersebut akan mengembangkan perempuan pasangan laki-laki sadisme menderita machochism.
Penyebab sadisme antara lain sebagai berikut:
a. Pada masa kanak-kanak sering mendapatkan hukuman fisik dalam pola asuh orang tuanya, kondisi tersebut menyebabkan perkembangan sikap kebencian, kemarahan, dan penolakan diri yang sangat intens yang membuat orang tersebut pada masa dewasanya memiliki kecenderungan untuk melampiaskan dendam kesumat di masa lalu. Sedangkan di saat yang bersamaan, sambil menyiksa, orang tersebut mendapatkan rangsangan seksual erotik;
b. Orang sadisme biasanya memandang seks sebagai sesuatu yang penuh dosa sehingga dengan memberikan pukulan dan siksaan pada pasangan seksualnya, ia merasa dapat mengurangi dosa seksual;
c. Perilaku seksual sadisme bisa menjadi bagian dari gambaran psikopatologi yang terkait dengan rendahnya kendali moral dan etika sosial.
Sumber Bacaan: Deviasi Seksual, dari Incest Hingga Sadisme
Oleh: Dr. Sawitri Supardi Sadarjoen, psi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar