Minggu, Mei 23, 2010

Kebudayaan


DEFINISI KEBUDAYAAN

Konsep-konsep ‘identitas kebudayan’ dan ‘identitas nasional’ sering kali mengacu pada hal-hal yang sangat berbeda satu sama lain. Berbagai tradisi kebudayaan dapat hidup bersama-sama dalam suatu bangsa, atau sebaliknya , suatu tradisi kebudayaan dapat juga menjadi bagian dari beberapa bangsa.

Terdapat perbedaan definisi antara kebudayaan dengan kata adat. Kebudayaan adalah seluruh produk manusia, baik material maupun non material. Untuk memenuhi kebutuhannya yang dipengaruhi oleh alam lingkungannya. Sifat kreatif yang terbagi kepada bahasa, seni teknologi, sains, ekonomi, tata sosial, idiologi dan filsafat. Adat adalah produk manusia untuk mengatur diri dan masyarakat secara timbal-balik serta mengatur hubungan dengan benda alam lingkungannya, sifat normatif.

Menurut S. Takdir Alisyahbana; kebudayaan adalah penjelmaan dari nilai-nilai yang merupakan keaktifan daripada budi manusia (Horison/XVI/41). Kebudayaan atau kultur bagi para ilmuan sosial mereferensi pada sebuah kepercayaan dan tradisi pada sekelompok manusia, terpelajar maupun tidak, menyangkut segala sesuatu yang dipelajari dari pendahulunya dan yang diturunlkan dari generasi kegenerasi, semua adat istiadat .

Walaupun ada sejumlah definisi tentang istilah kebudayaan namun demi kepentingan kita disini kebudayaan dapat didefinisikan sebagai perilaku berpola yang ada dalam kelompok tertentu yang anggota-anggotanya memiliki makna yang sama serta simbol yang sama untuk mengkomunikasikan makna tersebut lebih kongkret lagi. Makna-makna yang dimiliki secara bersamaan ini (yang memperkuan definisi realitas) terpatri dalam simbol budaya seperti bahasa, pakaian, dan seni. Makna-makna yang dimiliki secara bersama ini secara fungsional terwujud melalui pranata-pranata (struktur) politik, ekonomi, agama dan sosial perilaku berpola tersebut, atau kebiasaan , merupakan penghubung antara struktur dan fungsi kebudayaan sebagaimana dikomunikasikan secara simbolis.

IDENTITAS BUDAYA

Dalam membicarakan konsep, kebijakan, dan strategi kebudayaan Indonesia ke depan terutama pada masa menghadapi era globalisasi, masalah identitas budaya harus betul-betul diperhatikan dan dikaji secara mendalam. Hal itu sangat perlu karena hingga saat ini masih terdapat kekurangpahaman dan “kekurangsadaran” sebagian orang tentang identitas budaya di tengah-tengah kemajemukan budaya bangsa kita. Dikotomi identitas etnik dan identitas nasional serta dikotomi identitas budaya bangsa Indonesia dan identitas budaya asing masih belum jelas dirumuskan.

Kekurang pahaman terhadap identitas budaya itu menyebabkan masih ada kekhawatiran bahwa penguatan identitas etnik akan memperlemah identitas bangsa Indonesia atau identitas nasional. Bagi sebagian orang, penguatan identitas etnik dapat mengakibatkan krisis budaya, bukan sebaliknya bahwa lemahnya identitas etnik akan mengakibatkan krisis budaya. Dengan demikian, pembicaraan identitas budaya di tengah-tengah kemajemukan budaya Indonesia sangat perlu dilakukan.

Konsep, kebijakan, dan strategi kita mengenai identitas bangsa, mengenai kebudayaan nasional, bahkan mengenai kebudayaan pun masih perlu dirumuskan dengan lebih jelas dan lebih tepat ke depan. Konsep kebudayaan etnik dan kebudayaan nasional, yang selama ini kurang jelas, kurang rasional, dan kurang”berterima” harus dikaji ulang sehingga rumusannya dapat menjadi bagian dari pemahaman masyarakat Indonesia. Sudah barang tentu, rumusan itu harus lebih dahulu didiskusikan secara lebih mendalam.

Dengan rumusan baru yang lebih tepat, persoalan kebudayaan yang hanya diartikan secara sempit seperti kesenian, hiburan, dan adat-istiadat akan terkikis dengan sendirinya karena tidak sesuai dengan hakikat kebudayaan yang sebenarnya. Kebudayaan juga tidak boleh dimaknai sebagai kebiasaan yang “membebani” komunitas pendukungnya, tetapi justru sebaliknya memberikan kebahagiaan dan/atau mensejahterakan masyarakatpendukungnya.

TARNSFORMASI KEBUDAYAAN

Sebuah kebudayaan bisa berubah sesuai tuntutan zaman dalam memperoleh pengetahuan baru, teknologi yang baru datang dari luar sehingga mengubah cara hidup masyarakatnya. Hal ini bisa dikatakan sebagai transformasi budaya. Menurut Max Weber, proses transformasi melalui evolusioner dari saling mempengaruhi antara unsur dalam suatu ideal type masyarakat yang sengaja diciptakan sebagai suatu paradigma. Sedangkan menurut Umar Kayam, transformasi itu berarti:
1. Suatu proses pengalihan total dari suatu bentuk kepada sosok baru yang akan mapan.
2. Tahap akhir dari suatu proses perubahan.
3. Suatu proses yang lama bertahap-tahap.
4. Suatu titik balik cepat.
Menurut Jacob Utama, penyebab terjadinya transformasi budaya adalah:
1. Jika berbagai sektor kehidupan berada dalam registrasi baru, misalnya nilai tradisional yang mengalami proses desintegrasi sebagai akibat dari terjadinya benturan-benturan dengan nilai baru yang datang dari luar.
2. Adanya proses pengidologian yang mengubah mental kebudayaan lama menjadi kebudayaan baru , baik perubahan dalam lapisan sosial kebudayaan, persoalan kekuasaan, pranata nilai, organisasi hingga perubahan ekonomi.
3. Hancur tata nilai kontradiksi kultural, inkohensi berbagai macam perangkat kebudayaaan.

KEBUDAYAAN DAN PEMBANGUNAN

Unsur –unsur budaya yang mempunyai dasar yang luas, yang dijunjung tinggi sudah bertahan bertahun-tahun lamanya seharusnya digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan pembangunan. Dengan ditempatkan dalam struktur fungsional, struktur (pranata) budaya yang harus dikenali, dikerahkan dan digunakan untuk menyampaikan pembangunan dengan sedikit merubah fungsinya. Dalam kerangka seperti itu tugas yang dihadapi adalah mengubah secara eksperimental fungsi-fungsi struktur tradisional sedemikian rupa sehingga tidak legitimasi pesan yang baru, atau tidak merusak media budaya asli itu sendiri. Strategi ini perlu menyelidiki jaringan penyebaran yang ada dan mengaitkannya dengan pemecahan masalah pembangunan yang sedang berlangsung.

Dengan demikian kebudayaan dapat dilihat sebagai dasar perubahan dan bukan sebagai penghalan perubahan. Kebudayaan tidak hanya digunakan sebagai alat bagi pembangunan, melainkan juga mengarahkan pembangunan kebudayaan itu sendiri sebaik mungkin.

DAFTAR PUSTAKA:

Alfian, Transformasi Sosial Budaya dalam Pembangunan Nasional, U.I Pres,1986
Koetjaranigrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Gramedia, 1985.
Nat J. Colietta, Umar Kayam, Kebudayaan dan Pembangunan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,1987.
Muktar Lubis, Mengembangkan Kemampuan Sendiri, horison/XVI/47.
Michael R. Dove, Peranan Tebudayaan Tradisional Indonesia dalam Moderenisasi, Yayasan Obor Indonesia,1985
Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. Identitas Dalam Kemajemukan Budaya, Makalah

Tidak ada komentar: