Rabu, Mei 19, 2010
Menjadi Superhero
Superman, Spiderman, Batman, James Bond, McGyver. Pasti nama-nama ini tidak asing lagi bagi kita. Mereka adalah pahlawan dunia khayal yang sering muncul di layar lebar, layar kaca, maupun komik. Demikian pula dengan Tjut Njak Dhien, Mahatma Gandhi, Kartini, Martin Luther King Jr., Soekarno, Hatta, Ibu Teresa dan Yasser Arafat.
APA YANG DILAKUKAN ”SUPERHERO”?
Para superhero dunia khayal dan dunia nyata dihormati banyak orang karena melakukan berbagai hal positif sebagai berikut:
“ Mempersembahkan Kemenangan ”.
• Rama memenangkan perang terhadap Rahwana.
• Superman selalu dapat menumpas kejahatan para musuh dan tampil sebagai pemenang.
• Ibu Teresa mengalahkan kemiskinan dan penderitaan di daerah layanannya.
• Dewi Sartika menawarkan kemenangan atas penindasan hak-hak wanita untuk menikmati pendidikan.
Jadi, bukan superhero namanya kalau tidak bisa mempersembahkan kemenangan. Bahkan kemenangan merupakan tujuan utama mereka setiap kali mereka menjalankan ”tugas” ke-superhero-an mereka (yaitu: memberantas ”kejahatan”).
Tapi kemenangan ini sering kali harus diraih melalui berbagai kesulitan dan kegagalan sementara. Justru kesulitan dan kegagalan inilah yang menjadikan kemenangan yang dipersembahkan menjadi lebih ”besar” (kemenangan yang terlalu mudah untuk diraih tidak membutuhkan campur tangan seorang superhero). Yang menjadikan kemenangan ini juga lebih bermakna adalah karena kemenangan ini bukanlah untuk kepentingan mereka sendiri, melainkan untuk kepentingan yang lebih besar dari itu, yaitu kepentingan banyak orang (satu negara, satu benua, bahkan seluruh dunia).
Menjadi Inspirasi. Banyak orang ingin seperti mereka, karena apa pun yang dilakukan para superhero tersebut selalu menjadi sumber inspirasi bagi orang lain. Kata-kata dan perbuatan Russel Crow sebagai pahlawan dalam film Gladiator membangkitkan semangat juang kaum tertindas. Demikian pula dengan Bung Tomo yang kata-katanya berhasil menginspirasi pemuda dan pemudi Indonesia untuk berjuang menghadang penjajah. Perbuatan mereka yang positif bagi banyak orang menjadi contoh bagi seluruh lapisan masyarakat untuk selalu menjunjung tinggi ”Kebaikan”. Sikap mereka yang santun (baik terhadap kawan maupun lawan) menumbuhkan rasa hormat orang lain kepada para superhero tersebut. Penampilan mereka yang segar juga memberi inspirasi bagi orang lain untuk tampil prima.
Menjadi Solusi, bukan Masalah. Menjadi solusi merupakan salah satu kualitas yang dimiliki semua superhero, baik yang di dunia khayal maupun dunia nyata. Batman selalu datang sebagai solusi bagi masyarakat di Gotham City. Romo Mangun juga menjadi solusi bagi masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan di kota Yogyakarta. Ya, tiap superhero menawarkan solusi di bidang ”pelayanan” mereka masing-masing. Para superhero ini dikenal luas sebagai orang yang sama sekali tidak pelit untuk memberikan solusi kepada banyak orang.
Mereka juga tidak segan-segan menawarkan solusi bagi orang lain untuk meraih sukses. Mereka tidak selalu menunggu sampai orang datang dan masalah menjelang; mereka bersikap proaktif untuk mengantisipasi masalah ataupun mencegah kesulitan. Membantu orang lain dengan menjadi solusi sepertinya sudah merupakan misi hidup mereka. Tidak heran jika para superhero ini selalu dicari ketika kesulitan datang, tantangan menjelang, musuh menghadang dan masalah tiba. Tampil Unggul. Kualitas pekerjaan mereka yang selalu prima mendorong banyak orang agar senantiasa berusaha mempersembahkan yang terbaik yang bisa mereka usahakan. Kualitas kerja James Bond, sang mata-mata dari Inggris, tak pernah diragukan oleh lawan ataupun kawan. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh Hatta, salah satu proklamator kita, yang juga adalah Bapak Koperasi, dalam mempersembahkan hasil karyanya (baik dalam bentuk pemikiran, tulisan, dan hasil kerja nyata).
Dalam menjalankan setiap tugas, para superhero tidak pernah setengah hati, mereka selalu serius dalam mempersembahkan hasil yang berkualitas unggul (jauh di atas rata-rata). Inilah yang merupakan salah satu senjata mereka untuk selalu meraih ”kemenangan” di tiap medan perjuangan mereka.
Guna tampil unggul, mereka tekun berlatih, menambah ilmu dan keterampilan mereka. Untuk tampil prima, mereka memperhatikan detail dalam memetakan sukses di benak mereka, sebelum menerjemahkannya dalam bentuk tindakan nyata. Mereka juga selalu berusaha maksimal di tiap kegiatan yang menjadi tanggung jawab mereka. Mereka tidak pernah membandingkan kualitas dengan imbalan yang mereka terima. Mereka rela melakukannya tanpa imbalan sekalipun asalkan memberi kepuasan yang tinggi bagi diri sendiri dan orang lain, dan memberi manfaat bagi banyak orang.
BAGAIMANA MENELADANI ”SUPERHERO”?
Yang baru saja kita bahas adalah berbagai kualitas superhero yang mereka terjemahkan dalam perbuatan. Lalu bagaimana para superhero itu bisa menghasilkan perbuatan yang mengandung kualitas kepahlawanan seperti di atas? Inilah yang perlu juga kita teladani.
Punya Mimpi. Semua superhero mempunyai mimpi. Mimpi merekalah yang menjadikan para superhero ”besar” di mata banyak orang. Mimpi ini mereka tularkan kepada orang lain, sehingga melalui sinergi dengan banyak pihak, mereka berjuang bersama untuk merealisasikan mimpi tersebut. Hal yang sama juga terlihat pada para superhero di dunia nyata.
• Yasser Arafat ”bermimpi” untuk memberikan Tanah Air bagi rakyatnya.
• Mahatma Gandhi mempunyai ”mimpi” untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa India.
• Martin Luther King Jr. ”bermimpi” untuk membuat umat manusia dapat duduk berdampingan dan menikmati hak-hak mereka sebagai manusia. Ia bermimpi untuk membuat orang lain menghormati hak asasi manusia tanpa memandang ras, agama, kedudukan.
Bicara Positif.
Para superhero tidak pernah berbicara negatif yang mematahkan semangat banyak orang. Dengan kata-kata mereka, mereka berhasil membuat orang merasa aman, dan memotivasi orang lain untuk melakukan hal-hal yang positif. Kalimat-kalimat mereka dikenang orang karena memberi inspirasi dan membuat hidup lebih berarti.
• J. F. Kennedy terkenal dengan kalimat legendarisnya: ”Jangan tanya apa yang negara telah berikan kepadamu, tetapi tanyalah apa yang sudah kamu berikan kepada negara.
• ” Soekarno terkenal dengan kalimatnya yang mendorong orang untuk memiliki cita-cita: ”Gantungkan cita-citamu setinggi langit.”
Kata-kata penyejuk dan pemberi semangat inilah yang membuat orang lain senang berteman, bersahabat dan berada di dekat para superhero.
Kreatif. Dalam memberikan solusi, para superhero menawarkan banyak alternatif jalan keluar. Kreativitas ini terbentuk karena mereka tidak takut untuk mencoba sesuatu yang baru dan tidak jemu-jemu mengasah otak mereka dengan pembelajaran berkelanjutan (membaca, berdiskusi dengan orang lain, berlatih, mencoba hal-hal baru). Semua ini dijadikan kebiasaan, bukannya dilakukan jika diperlukan saja, sehingga mereka pun menjadi terbiasa untuk berpikir dan bertindak kreatif.
Siapa yang bisa membayangkan untuk berjuang dengan menuliskan surat saja? Inilah yang dilakukan oleh Kartini. Adat-istiadat yang kuat serta kondisi negara yang masih dalam penindasan kekuasaan lain membatasi gerak-gerik dan perjuangan Kartini. Namun, justru kendala-kendala inilah yang telah memacu Kartini untuk kreatif mencari ”senjata” lain untuk berjuang, yaitu melalui surat-suratnya dan melalui pendidikan, yaitu sekolah puteri yang didirikannya.
Tidak Mementingkan Diri Sendiri.
Bukan superhero namanya jika mereka memikirkan diri sendiri dalam meraih kemenangan. Menjunjung tinggi kepentingan banyak orang membuat skala perjuangan para superhero melebihi kepentingan satu orang saja. Dengan menomorsatukan kepentingan orang banyak (yang akhirnya juga kepentingannya sendiri pasti terakomodasi dengan sendirinya), para superhero justru menunjukkan kebesarannya. Perjuangannya untuk banyak orang mengundang banyak pihak untuk turut membantunya meraih kemenangan.
Nelson Mandela yang rela mengambil risiko untuk dipenjara karena perjuangannya untuk menegakkan persamaan hak bagi bangsa kulit berwarna merupakan teladan yang telah melegenda. Mandela rela disiksa dan dipenjara untuk kepentingan banyak orang. Pengorbanannya yang akhirnya membawa kemenangan bagi bangsa kulit berwarna tidak hanya di Afrika Selatan tetapi juga di seluruh dunia untuk menikmati perlakuan yang sama dalam berbagai hal, menjadikannya seorang pemimpin besar yang dikagumi kawan dan lawan. Bayangkan kalau Mandela hanya mementingkan keselamatannya sendiri, dan tidak berani mengambil risiko yang telah dialaminya tersebut. Mungkin saja ia tidak akan dikenal banyak orang.
Tidak Takut Berbeda.
Seorang superhero menjadi demikian karena ia ”berbeda” dari orang biasa. Ia tidak takut dengan perbedaannya ini. Perbedaan bisa saja berupa perbedaan fisik, perbedaan pendapat, perbedaan cara pandang, perbedaan nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Seorang superhero tidak takut akan perbedaannya ini. Justru ia mengelola perbedaan tersebut menjadi manfaat bagi banyak orang.
Helen Keller yang secara fisik berbeda dari orang lain (ia buta, tuli, dan bisu) tidak minder terhadap ”perbedaan” fisiknya tersebut. Helen juga berbeda dalam cara berpikir. Jika kebanyakan orang berpikir bahwa seorang yang memiliki keterbatasan fisik adalah orang-orang yang malang, tak bisa berprestasi, dan hanya patut dikasihani saja, tidak demikian dengan Helen. Helen justru berjuang keras untuk membuktikan semua itu tidak benar melalui teladannya sendiri. Akhirnya, Helen berhasil dalam perjuangannya mengelola perbedaannya dan menunjukkan kepada dunia bahwa berbeda secara fisik dan pendapat bukan hambatan untuk maju. Keberaniannya inilah yang menjadikan Helen sebagai seorang superhero tidak hanya bagi mereka yang memiliki ”perbedaan” fisik, tetapi juga yang menganggap dirinya ”normal” secara fisik.
Mulai dari Diri Sendiri.
Sebelum berhasil berjuang meraih kemenangan bagi banyak orang dan membawa perubahan positif bagi lingkungannya, seorang superhero umumnya memulai perjuangan dengan mengubah diri sendiri terlebih dahulu. Ia mengubah cara pandangnya, nilai-nilai yang diperjuangkannya, dan tindakannya dalam menyikapi permasalahan yang dihadapi. Sebelum berjuang meyakinkan dunia bahwa kemerdekaan itu penting, hak asasi manusia perlu dihormati, Mahatma Gandhi meyakinkan dirinya sendiri dulu. Demikian pula dengan Ki Hajar Dewantoro yang berhasil meyakinkan Indonesia bahwa pendidikan itu penting. Untuk itu, ia meyakinkan diri sendiri dan memulai dengan membangun sekolahnya sendiri dulu, sebelum akhirnya tindakannya diikuti dan dijadikan inspirasi bagi orang lain.
Jika para superhero selalu pada akhirnya meraih kemenangan dan dihormati banyak orang serta kesuksesan perjuangan merek berdampak lintas tempat dan waktu, mengapa kita tidak meneladani mereka.
Sumber : http://www.sinarharapan.co.id
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar