Selasa, Januari 15, 2013

Memajukan Sawahlunto dari Sektor Agribisnis



Mendengar kata Sawahlunto orang akan langsung membayangkan tambang batu bara. Memang dulunya kota Sawahlunto sangat identik dengan  industri tambagnya. Kota Sawahlunto merupakan kota tambang, yang dimulai sejak ditemukannya cadangan batu bara di kota ini pada pertengahan abad ke-19 oleh Ir. de Greve, Kota ini mulai memproduksi batu bara sejak tahun 1892. Pada tahun 1918 kota Sawahlunto telah dikategorikan sebagai Gemeentelijk Ressort atau Gemeente dengan luas wilayah 778 Ha, atas keberhasilan kegiatan pertambangannya. Adanya angkutan kereta api telah mendorong produksi pertambangan batu bara memberikan hasil yang positif, dimana pada tahun 1920 produksi batu bara menjadi usaha dengan laba terbesar saat itu. Sehingga sampai pada tahun 1930, kota ini telah berpenduduk sebanyak 43.576 jiwa, diantaranya 564 jiwa adalah orang Belanda (Eropa).

Siring berjalanya waktu, selama lebih dari seratus tahun batu bara di Sawahlunto telah dilakukan penambangan sekitar 30 juta ton, dan diperkirakan masih tersisa cadangan lebih dari 100 juta ton. Namun cadangan yang tersisa ini hanya bisa dieksploitasi sebagai tambang dalam.

Jika kota ini hanya mengandalkan dan mengedepankan hasil tambang batu baranya saja, tanpa memikirkan alternatif yang dapat dikembangkan oleh masyarakat, bisa dibayangkan bagaimana kehidupan perekonomian kota ini hingga beberapa tahun kedepan.

Sebenarnya Sawahlunto sangat membutuhkan dukungan masyarakat dan seorang tokoh atau pemimpin kota yang mampu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi serta memperkuat struktur perekonomian yang bertumpu pada ekonomi kerakyatan melalui pengembangan sektor unggulan yaitu Pertanian, Perkebunan, Agribisnis, Industri Kerakyatan dan Pariwisata. Karena peluang atau potensi kota Sawahlunto memang ada pada sektor-sektor tersebut.


Melihat ketersediaan lahan di kota ini dan melihat dari hasil beberapa usaha yang sudah dimulai dan telah dikembangkan oleh masyarakat maupun pemerintah kota, sebenarnya sektor-sektor ini dirasakan mampu mendukung perekonomian kota Sawahlunto. Sektor pertanian, perkebunan, agribisnis, industri kerakyatan jika berjalan dengan baik dan didukung oleh pemerintah dan pihak terkait akan dapat mendukung sektor lain yaitu pariwisata. Seperti diketahui saat ini sektor pariwisata Kota Sawahlunto mulai menunjukan perkembangan dan kemajuannya kearah yang lebih baik. Sedangkan kalau melihat potensi sektor agribisnis, Kota dengan empat kecamatan ini memiliki potensi cukup besar dan dirasa sudah siap dalam mengembangkan sektor tersebut di masing-masing kecamatannya.

Agribisnis sebagai salah satu sektor unggulan yang mulai diminati masyarakat.

Agribisnis merupakan sistem usaha pertanian dalam arti luas tidak dilaksanakan secara sektoral tetapi secara intersektoral atau dilaksanakan tidak hanya secara  subsistem  melainkan  dalam  satu sistem (Saragih,  2001). 

Agribisnis adalah suatu usaha tani yang berorientasi komersial atau usaha bisnis pertanian dengan orientasi keuntungan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh agar dapat meningkatkan pendapatan usaha tani adalah dengan penerapan konsep  pengembangan  sistem  agribisnis terpadu, yaitu  apabila sistem agribisnis yang terdiri dari subsistem sarana produksi, subsistem budidaya, subsistem pengolahan dan pemasaran dikembangkan melalui manajemen agribisnis yang baik dan dalam satu sistem yang utuh dan terkait. (Said, 2001)

Permasalahan yang biasa terjadi di lingkungan masyarakat terutama petani yaitu: sumber daya petani masih kurang, serta kurangnya: akses teknologi, penanganan pasca panen,  manajemen mutu rendah,  akses  pasar,  akses  modal,  sehingga  posisi  tawar petani  rendah.  Sedangkan fasilitasi pemerintah tentang agribisnis masih kurang. Perkembangan usaha tani, para petani atau kelompok-kelompok tani pada umumnya, tidak berkembang kearah  peningkatan  pendapatan. Sebagian besar petani  tidak  memiliki komitmen  yang  tinggi  terhadap  keuntungan, melainkan hanya  berorientasi terhadap produksi. Hastuti, (2008).  Padahal pengembangan sektor agribisnis merupakan  peluang  dan  prospek  yang  cukup  besar  dalam peningkatan  perekonomian  daerah  dan  pendapatan  petani  terutama  didaerah dataran  tinggi, seperti Kota Sawhlunto. 

Menurut Said, (2001) Faktor kunci dalam pengembangan agribisnis adalah peningkatan dan perluasan kapasitas produksi melalui renovasi, penumbuh kembangkan dan  restrukturasi  agribisnis, kelembagaan maupun infrastruktur penunjang peningkatan    dan perluasan kapasitas  produksi diwujudkan melalui investasi bisnis maupun  investasi  infrastruktur.  Kebijakan revitalisasi   pertaniaan   perikanan  dan   kehutanan   adalah   pengembangan agribisnis dengan fasilitasi/ dukungan dari aspek technologi on farm dan off farm, investasi, mekanisasi pertanian dan promosi  serta  pengembangan yang disesuaikan lahan.

Menurut Hastuti, (2008) Potensi menerapkan manajemen yang tidak sama, sehingga di  duga mempunyai pengaruh terhadap pendapatan petani. Penerapan manajemen tersebut antara lain dalam hal  skala  usaha,  penggunaan sarana produksi, teknologi  budidaya yang diterapkan, penanganan dan pengolahan pasca panen serta pemasaran

Menurut  Said, (2001)  Pengembangan  agribisnis tidak  akan  efektif  dan  efisien  bila  hanya  mengembangkan  salah  satu  dari subsistem  yang  ada  didalamnya,  dan  agar    dapat  meningkatkan  pendapatan petani  secara  nyata  maka sistem agribisnis harus  dilaksanakan  dalam  satu sistem yang tidak terpisahkan, dengan baik bila tidak ada gangguan pada salah satu subsistem.

Dapat disimpulkan bahwa yang perlu diperhatikan dalam pengembangan sektor agribisnis ini yaitu:
-       Mekanisme pendampingan dengan pemberdayaan petani melalui penguatan kelembagaan, kelompok tani yang diprioritaskan pada pengembangan  agribisnis  berlahan sempit.
-       Penerapan subsistem agribisnis, subsistem usaha tani melalui pengolahan hasil   dan model usaha tani, baik secara parsial maupun serempak karena akan berpengaruh   nyata   terhadap   pendapatan pada   tingkat  petani.
-       Penerapan sistem agribisnis harus difasilitasi pemerintah dalam peningkatan   sumberdaya manusia melalui kegiatan pendampingan, pelatihan dan penelitian. Serta melalui sarana produksi, usahatani/ budidaya, pengolahan, pemasaran dan jasa penunjang dengan peningkatan fasillitas pasar, Bank atau koperasi.
-       Perlu ada koordinasi antara peneliti, penyuluh dan pemerintah daerah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan sarana produksi dan teknologi usaha tani.
-       Peningkatan sarana dan prasrana serta infrastruktur yang mendukung kegiatan agribisnis seperti jalan sentra produksi, sarana angkutan, pasar dan lain sebagainya.
-       Menerapkan  sistem  agribisnis  dari  hulu  sampai hilir  dengan  efektif  dan  efisien  serta  menerapkan  sistem  jaminan  mutu dengan penerapan Standart Operasional Prosedur dengan benar.

Diharapkan kedepannya Kota Sawahlunto benar-benar melihat dan memanfaatkan potensi di sektor ini. Berkaitan dengan momen Pemilihan Kepala Daerah Sawahlunto yang akan berlansung awal tahun 2013 ini, diharapkan masyarakat lebih jeli dan cermat dalam memilih tokoh pemimpin kota yang mampu memajukan Kota Sawahlunto.

***Dibutuhkan Tokoh yang Mampu Memajukan Sawahlunto dari Sektor Agribisnis


Referensi Bacaan:
Ishaq. I, Suwalan, N Sutrisno, Mulyono dan Firdaus. D. 2002. Prospek Pengembangan  Teknologi Pertanian Menunjang Agribisnis Pedesaan Zona Sistem Usaha Pertanian Dataran Tinggi Di Jawa Barat. JPPTP Vol 5 No. 2 hal 66-82. http: Jurnal Agribisnis.go.Id.
Saragih B.  2001.  Suara Dari Bogor Membangun  Sistim  Agribisnis. Penerbit Yayasan USESE  bekerjasama dengan Sucofindo.
Said, E Gumbira dan Intan, AH. 2001. Manajemen Agribisnis. Penerbit Ghalia Indonesia.
Said.E,G.,  Rachmayanti  dan  Muttaqin,  M.Z.  2001.  Manajemen Teknologi Agribisnis. Penerbit Ghalia Indonesia Yakarta. .
Hastuti, Endang Yuni, 2008. Pengaruh Penerapan Sistem Agribisnis Terhadap Peningkatan Pendapatan  Petani Sayuran  Di Kabupaten Boyolali. Program Magister Agribisnis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.

Tidak ada komentar: