Minggu, Agustus 16, 2009
Masjid Djami Keraton Landak
Pada dasarnya masjid adalah tempat untuk bersujud atau sholat sebagai bagian dari ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada umatnya. Masjid merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah kompleks istana pada setiap kerajaan Islam atau kesultanan.
Masjid Djami ini teletak di kompleks Keraton Landak atau Istana Kesultanan Landak yang berada di Jalan Pangeran Sancanata Kusuma, Desa Pedalaman, Kota Ngabang, Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia.
Masjid tua ini masih terawat dengan baik sampai sekarang. Sejarah dari masjid ini bermula pada masa pemerintahan Panembahan Gusti Abdulazis Kusuma Akamuddin (1895-1899) atau raja Landak ke-21. Pada awal mulanya, Masjid Djami Keraton Landak ini terletak di tepi Sungai Landak atau di timur istana. Kemudian, beliau memerintahkan agar masjid dipindahkan ke sebelah utara istana. (Bangunan masjid yang lama kini sudah tidak ada lagi. Saat ini, lokasi masjid lama telah menjadi sebuah kompleks pondok pesantren untuk belajar agama Islam bagi anak-anak di sekitar istana). Setelah masjid dipindahkan ke utara istana, Bilal Achmad menjadi Maha Sultan Imam masjid sampai masa pemerintahan Panembahan Gusti Abdulhamid (1922-1943) atau Sultan Landak ke-22. Selanjutnya, Bilal Achmad digantikan oleh Osu Anang dari Banjor hingga Jepang berkuasa di Kalimantan Barat pada medio tahun 1943. Sebagai bagian dari cagar budaya dan situs sejarah, masjid ini telah beberapa kali mengalami renovasi yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1980-an dan pemerintah daerah pada tahun 2000-an.
Keistimewaan Masjid Djami Keraton Landak yang memiliki luas bangunan sekitar 400 m2 ini, yaitu memiliki pintu masjid yang menghadap ke timur. Di dalam ruangan masjid, jamaah puteri menempati bagian kiri yang disekat dengan tirai kain berwarna putih. Sementara, jamaah laki-laki membuat shaf di bagian tengah depan dan diikuti anak-anak di belakang barisan laki-laki dewasa. Masjid ini memiliki konstruksi bangunan yang tampak sederhana namun kokoh. Dengan berbahan kayu belian khas Kalimantan sebagai unsur utama, lantai papan dan atap sirap yang berbahan serupa, masjid yang memiliki empat pilar dari kayu utuh. Tiap sudut ruangan dihiasi ornamen-ornamen dari kayu berukir ayat-ayat suci Al-Quran dan motif-motif khas Melayu. Perpaduan warna biru muda dan putih gading pada dinding dan pilar-pilar masjid sehingga menghadirkan suasana sejuk.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar