Rabu, Januari 21, 2009
Bukan Lokalisasi
secangkir cappucino susu diujung kelam.
saat kabut tipis turun perlahan pelan.
ketika semua mulai melepas penat bersandar berbaring rebah tertidur lelap.
kulepas pandang menatap bias diujung jauh.
samar nampak, sayup terdengar.
di sudut timur masih mengalun lembut petikan dawai gitar pria patah hati mengiringi bait demi bait lagu-lagu sendu.
tak jauh dari pandang, tawa renyah dari mulut gadis belia dan telepon genggam belum juga berakhir, seakan besok pagi tidak ada lagi rutinitas bersekolah.
suara dengkur bernada sumbang dari mulut laki-laki tegap paruh baya berseragam lengkap masih jelas terdengar, seolah-olah ingin menyaingi alunan Symphony No. 9 yang dimainkan Beethoven.
bunyi gaduh dan musik campur sari dari radio tiga baterai belum juga berhenti,
terus memekak memecah tenang.
lelaki tampan setengah waras , masih menengadah ke langit malam sambil berharap bintang jatuh.
di penggal gang gelap dan sempit,
satu persatu gadis-gadis bertubuh sintal dan para pekerja malam mulai kembali pulang.
langkah letih layu gontai melaju pelan di penghujung gelap.
berharap besok masih bertemu cerah malam.
sementara aku masih disana mengikuti setiap peristiwa dalam detik laju waktu.
lamunan ku kembali berulang terulang.
teringat akan cerita hangat antara aku dan sahabat.
cerita tentang sepertiga dosa dan seperdelapan cinta, saat menghabiskan sisa sepotong malam.
ucap ungkap masih terngiang lengkap.
***coretanku 200109.23:51
***akan ku simpan pesan-pesan singkat dari yang terlihat disana,
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar