Selasa, Juli 24, 2007
Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono
Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono adalah pertapaan pertama rubiah Ordo Cisterciensis Observansi Ketat (OCSO) atau di Indonesia lebih dikenal dengan Trappist, didirikan pada tahun 1987. Pembangunan pertapaan yang dimulai tahun 1985. Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono didesain oleh almarhum Yusuf Bilyarta Mangunwijaya (Romo Mangun).
Romo Mangun dikenal sebagai pastor, pendidik, arsitek, sastrawan, serta budayawan. Meninggal pada 10 Februari 1999. Sebagai seorang arsitek, karyanya cukup banyak. Salah satu karyanya pernah memperoleh Aga Khan Award tahun 1992, semacam penghargaan Nobel untuk karya arsitektur yaitu desain pemukiman Kali Code di Yogyakarta. Desain Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono mendapat penghargaan utama dari Ikatan Arsitek Indonesia untuk kategori Desain Arsitektur.
Bangunan Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono terletak di Bukit Gedono, Dukuh Weru, Dus. Jetak, Kec. Getasan, Kab. Semarang. 15 kilometer arah barat daya kota Salatiga, Jawa Tengah. Luas arealnya mencapai delapan hektar. Satu hektar untuk bangunan, selebihnya ditumbuhi pepohonan, perkebunan, dan pemakaman.
Arsitektur Monastik Cisterciensis melambangkan keserasian dan keindahan ilahi. Bangunan-bangunan dalam biara monastik dibangun dengan sederhana dan bersahaja. Pertapaan ini sangat menarik karena kesederhanaanya itu sendiri. Suasana teduh, hening, dan sunyi di pertapaan ini sungguh menjadi daya tarik utama.
Masing-masing bagian bangunan dibuat terpisah satu sama lain. Misalnya ruang ibadah dalam satu bangunan, rumah tamu dalam satu bangunan, ruang cuci satu bangunan, ruang dapur dan makan satu bangunan, serta ruang tidur dari empat bangunan berbentuk rumah panggung.
Rumah tamu, bangunan ini cukup besar bagi para tamu, karena tamu yang datang tidak setiap hari. Bangunan ini menghadap ke utara, dengan bentuk memanjang dan berkoridor. Temboknya terbuat dari batu alam yang tersusun rapi. Berdiri di atas gundukan tanah dengan dua undakan tangga di depannya. Tangga pertama langsung menghubungkan area parkir dengan tempat pendaftaran tamu. Tangga kedua berfungsi menghubungkan rumah tamu dengan retreat, rumah penyepian diri khusus untuk tamu. Tangga ini berbentuk tiga sengkedan dengan atap di atasnya. Kesan yang terbentuk amat harmonis.
Ada tiga rumah tamu, tempatnya tak begitu besar, tapi suasananya amat terang. Ornamennya ada dua pintu yang saling berseberangan, empat jendela berbentuk kubah, serta banyak kisi jendela berbentuk persegi dan bulat. Satu ventilasi cahaya lagi berada di atap yang membawa cahaya matahari jatuh ke lantai ubin dan berpendar ke seluruh ruangan. Itu pun masih ditambah variasi cahaya buatan dari dua bola lampu yang tergantung.
Rumah retreat menjadi salah satu kawasan yang steril dari kebisingan. Rumah retreat, sesuai namanya, memiliki fungsi penyepian diri bagi para tamu. Ada dua rumah retreat dan satu rumah toko di depan rumah tamu. Letaknya di bagian bawah area parkir. Bangunannya berbentuk persegi, beratap limasan. Sama dengan rumah tamu, rumah retreat dan rumah toko menggunakan tembok berbahan batu alam. Rumah toko menyediakan beragam hasil kerja tangan para rubiah, sebutan untuk biarawati.
Gereja berbentuk menyiku menghadap ke arah timur. Gereja memiliki dua ruangan besar; satu ruangan sejajar dengan rumah tamu dan satunya sejajar dengan lerengan bukit Gedono. Yang sejajar rumah tamu diperuntukkan khusus bagi tamu pertapaan. Sementara yang sejajar dengan lerengan khusus diperuntukkan para rubiah. Masing-masing ruang memiliki fungsi yang berbeda. Ornamen yang ditonjolkan bangunan gereja juga tak berbeda jauh dari rumah tamu. Perbedaannya cuma pada elemen cahaya yang amat dominan, terutama di bagian altar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar